BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an dan Al-Hadist adalah pedoman manusia khususnya
Ummat Muslim yang telah ditinggalkan oleh Rasullullah saw kepada seluruh
ummatnya. Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. sebagai pedoman bagi ummat manusia dalam menata kehidupannya, agar
memperoleh kebahagiaan lahir dan batin baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Al-Qur’an dan Al-Hadist merupakan perkataan, perbuatan, dan yang menyangkut hal
ihwalnya. Konsep-konsep yang dibawa Al-Qur’an dan Al-Hadist selalu
relevan dengan problem yang dihadapi manusia kerena ia turun untuk berdialok
dengan setiap ummat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan terhadap
problem tersebut, kapan dan dimanapun mereka berada. dari sinilah studi tetang
Al-Qur’an sangat penting dilakukan.
B. RUMUSAN
MASALAH
Karena luasnya pembahasan tentang Al-Qur’an
dan al-hadist ini. Maka didalam makalah ini kami hanya akan membahas tentang :
- Al-Qur’an Sebagai Obat dan Penyembuh Sekaligus.
BAB II
PEMBAHASAN
- Al-Qur’an Sebagai Obat dan Penyembuh Sekaligus.
Di antara sekian banyak keutamaan yang dimiliki Al-Qur’an salah satunya
adalah sebagai obat penyembuh. Obat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyembuhkan penyakit. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, obat diartikan dengan “bahan untuk
mengurangi; menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari penyakit”.
Di dalam Al-Qur’an sendiri, kata syifa’ yang
berarti “obat”, terekam hanya sekali
yaitu dalam (QS. 16:69).
Mengenai ayat ini, Al-Qur’an menginformasikan bahwa madu mengandung arti
bahwa ada obat bagi segala suatu penyakit, dan tak hanya pada madu obat itu
berada. Karena yang di maksud madu adalah intisari ataupun sari-sari yang
terkandung didalamnya yang bisa menjadi obat. Karena di setiap ciptaan-Nya di
antaranya ada yang bisa bermanfaat di
jadikan seagai obat untuk penyembuh ataupun penghilang sakit yang di derita
oleh manusia. Keberadaan obat sebagai penghilang penyakit, mengandung hukum
kausalitas bahwa obat yang tepat pasti dapat menyembuhkan penyakit tertentu.
Ini juga berarti penyembuhan yang dijanjikan Allah hanya bisa terwujud bila
manusia menemukan obat yang tepat. Dari sinilah manusia melakukan banyak sekali
percobaan ataupun penelitian untuk membuktikan kebenaran Allah bahwa diantara ciptaan-Nya
sebagian ada yang bisa bermanfaat untuk berfungsi sebagai obat. Kegagalan dan
keberhasilan yang didapatkan dari hasil
percobaan manusia, tetapi ini telah membuktikan kebenaran dari Fiman Allah yang
telah tertuliskan dalam QS. Al-Nahl 16:69 .
Artinya
:
“Dan Tuhanmu
memwahyukan kepada lebah: "Hendaklah engkau
membuat sarang-sarang di gunung-ganang dan di pokok-pokok kayu, dan juga di
bangunan-bangunan yang manusia dirikan.”16-69: “Kemudian makanlah daripada
segala jenis buah-buahan, serta turutlah jalan Rab (Tuhan)mu dengan merendahkan
diri.” (Dengan itu) akan keluarlah daripada perutnya (lebah itu) minuman (madu)
yang berlainan warnanya, yang mengandung penawar bagi manusia. Sesungguhnya
pada yang demikian itu, ada tanda bagi kaum yang mau berpikir”. (QS.
Al-Nahl 16:69)
Dari ayat inilah yang kemudian di jadikan alasan dan dasar ulama untuk
mengatakan bahwa madu adalah obat bagi segala macam penyakit. Mereka juga
menunjuk kepada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa salah seorang
sahabat Rasul mengadu kepadanya bahwa saudaranya sedang sakit perut. Rasul
menyarankan agar memberinya minum madu . Saran Rasul dilaksanakan, tetapi sakit
perut saudaranya belum juga sembuh. Sekali lagi sang sahabat mengadu kepada Rasul;
dan sekali lagi Rasul juga menyarankan hal yang sama. Hal serupa berulang untuk
ketiga kalinya, Rasul kali ini bersabda : “Allah Maha Benar, perut saudaramu
berbohong. Beri minumlah ia madu.” Sang Sahabat memberi kembali saudaranya
madu, dan kali ini ia sembuh.
Di dalam ayat Al-Qur’an yang lain (QS. Al-Isra’ 17:82) mengatakan bahwa
Al-Qur’an merupakan obat pula. Sebagian mufassir menghubungkan ayat ini dengan
hadits yang mengisahkan kasus penyembuhan yang di lakukan seorang sahabat
terhadap seorang yang dipatuk ular, dengan air yang telah di jampi-jampi dengan
surat
Al-Fatihah. Hadits ini kemungkinan besar shahih karena diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan juga oleh Muslim, Abu Dawud, Tirmizi, Nasa’i, Ibn Majah, Hakim, dan
Baihaqi. Dengan begitu, kepercayaan bahwa surat
Al-Fatihah daopat menyembuhkan penyakit fisik hanya berada pada tingkat
boleh-boleh saja. Sebenarnya ayat ini berbicara dalam konteks kebenaran dan
kebatilan.
Al-Qur’an juga berfungsi sebagai obat bagi penyakit
yang ada dalam hati yang berupa berbagai bentuk mentalis yang tercela, termasuk
tekanan mental yang dapat menimbulkan penyakit. Dengan demikian, Al-Qur’an
sebagai obat yang bersumber dari hati tersebut (QS. Yunus 10:57)
Artinya
:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. Yunus 10:57).
Perlu diperhatikan, bahwa Allah SWT memberikan sifat kepada Al-Qur’an
sebagai “penyembuh” (syifa’) bukan
sebagai “obat” (dawa’). Maksud kata
“penyembuh” adalah upaya yang di hasilkan obat dan tujuan yang diharapkan.
Sedangkan maksud kata “obat” adalah upaya penyembuhan yang kadang bisa sembuh
dan kadang bisa tidak. Dan Al-Qur’an diberi sifat sebagai penyembuh adalah
sebagai ta’kid (penguat) terhadap
hasil pengobatan melalui proses perenungan yang bersumber dari Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah penyembuh bagi penyakit jiwa. Sementara mayoritas
masyarakat modern beranggapan: tidak perlu berobat kepada Al-Qur’an, karena
Al-Qur’an dianggap obat yang “kurang mujarab”. Hal ini berlaku di zaman ini
yang menjadikan hawa nafsu sebagai matrealistis, keinginan pemuasan jasmani dan
kelezatan kehidupan duniawi sebagai ajang perlombaan. Meraja lelanya
penyakit-penyakit ruhani disebabkan oleh berpalingnya manusia dari Al-Qur’an
dan tidak pernah mengingat Allah.
Upaya perawatan
dan penyembuhan berkaitan erat dengan dzikir untuk memperoleh ketenangan,
sebagaimana Allah berfirman :
Artinya
:
“Ingatlah!
Hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenang.”
(QS.
Al-Ra’d 13:28)
Adalah hal yang
sangat pantas bagi kita dan sangatlah penting , bahwa upaya berobat dengan
Al-Qur’an harus membutuhkan keyakinan sempurna, memiliki prinsip yang kuat dan
bersih Salah satu hamba Allah berpendapat ; “Tak ada gunanya berobat dengan
Al-Qur’an kecuali orang yang hati dan niatnya benar-benar ikhlas karena Allah.
Mengkaji Al-Kitab dengan akal pendengarannya, hatinya selalu baik, ajarannya
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan Al-Qur’an sebagai obrolan
ilmiah baik malam maupun siang, dan selalu berpegang teguh kepadanya.
Bagaimana mengenai penyembuhan
suatu penyakit? Di dalam (QS. 4:79) Allah mengatakan bahwa Allahlah yang
berkuasa menyembuhkan segala penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar