Minggu, 28 Oktober 2012

AL-QUR'AN (SYIFA')


BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Al-Qur’an dan Al-Hadist adalah pedoman manusia khususnya Ummat Muslim yang telah ditinggalkan oleh Rasullullah saw kepada seluruh ummatnya. Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman bagi ummat manusia dalam menata kehidupannya, agar memperoleh kebahagiaan lahir dan batin baik di dunia maupun di akhirat kelak. Al-Qur’an dan Al-Hadist merupakan perkataan, perbuatan, dan yang menyangkut hal ihwalnya. Konsep-konsep yang dibawa Al-Qur’an dan  Al-Hadist selalu relevan dengan problem yang dihadapi manusia kerena ia turun untuk berdialok dengan setiap ummat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problem tersebut, kapan dan dimanapun mereka berada. dari sinilah studi tetang Al-Qur’an sangat penting dilakukan.

B.    RUMUSAN MASALAH
Karena luasnya pembahasan tentang Al-Qur’an dan al-hadist ini. Maka didalam makalah ini kami hanya akan membahas tentang :
  • Al-Qur’an Sebagai Obat dan Penyembuh Sekaligus.


















BAB II
PEMBAHASAN
  • Al-Qur’an Sebagai Obat dan Penyembuh Sekaligus.
Di antara sekian banyak keutamaan yang dimiliki Al-Qur’an salah satunya adalah sebagai obat penyembuh. Obat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, obat diartikan dengan “bahan untuk mengurangi; menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari penyakit”. Di dalam Al-Qur’an sendiri, kata syifa’ yang berarti “obat”, terekam hanya sekali yaitu dalam (QS. 16:69).
Mengenai ayat ini, Al-Qur’an menginformasikan bahwa madu mengandung arti bahwa ada obat bagi segala suatu penyakit, dan tak hanya pada madu obat itu berada. Karena yang di maksud madu adalah intisari ataupun sari-sari yang terkandung didalamnya yang bisa menjadi obat. Karena di setiap ciptaan-Nya di antaranya ada yang bisa bermanfaat  di jadikan seagai obat untuk penyembuh ataupun penghilang sakit yang di derita oleh manusia. Keberadaan obat sebagai penghilang penyakit, mengandung hukum kausalitas bahwa obat yang tepat pasti dapat menyembuhkan penyakit tertentu. Ini juga berarti penyembuhan yang dijanjikan Allah hanya bisa terwujud bila manusia menemukan obat yang tepat. Dari sinilah manusia melakukan banyak sekali percobaan ataupun penelitian untuk membuktikan kebenaran Allah bahwa diantara ciptaan-Nya sebagian ada yang bisa bermanfaat untuk berfungsi sebagai obat. Kegagalan dan keberhasilan  yang didapatkan dari hasil percobaan manusia, tetapi ini telah membuktikan kebenaran dari Fiman Allah yang telah tertuliskan dalam QS. Al-Nahl 16:69 .

Artinya :
“Dan Tuhanmu memwahyukan kepada lebah: "Hendaklah engkau membuat sarang-sarang di gunung-ganang dan di pokok-pokok kayu, dan juga di bangunan-bangunan yang manusia dirikan.”16-69: “Kemudian makanlah daripada segala jenis buah-buahan, serta turutlah jalan Rab (Tuhan)mu dengan merendahkan diri.” (Dengan itu) akan keluarlah daripada perutnya (lebah itu) minuman (madu) yang berlainan warnanya, yang mengandung penawar bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu, ada tanda bagi kaum yang mau berpikir”. (QS. Al-Nahl 16:69)

Dari ayat inilah yang kemudian di jadikan alasan dan dasar ulama untuk mengatakan bahwa madu adalah obat bagi segala macam penyakit. Mereka juga menunjuk kepada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa salah seorang sahabat Rasul mengadu kepadanya bahwa saudaranya sedang sakit perut. Rasul menyarankan agar memberinya minum madu . Saran Rasul dilaksanakan, tetapi sakit perut saudaranya belum juga sembuh. Sekali lagi sang sahabat mengadu kepada Rasul; dan sekali lagi Rasul juga menyarankan hal yang sama. Hal serupa berulang untuk ketiga kalinya, Rasul kali ini bersabda : “Allah Maha Benar, perut saudaramu berbohong. Beri minumlah ia madu.” Sang Sahabat memberi kembali saudaranya madu, dan kali ini ia sembuh.
Di dalam ayat Al-Qur’an yang lain (QS. Al-Isra’ 17:82) mengatakan bahwa Al-Qur’an merupakan obat pula. Sebagian mufassir menghubungkan ayat ini dengan hadits yang mengisahkan kasus penyembuhan yang di lakukan seorang sahabat terhadap seorang yang dipatuk ular, dengan air yang telah di jampi-jampi dengan surat Al-Fatihah. Hadits ini kemungkinan besar shahih karena diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan juga oleh Muslim, Abu Dawud, Tirmizi, Nasa’i, Ibn Majah, Hakim, dan Baihaqi. Dengan begitu, kepercayaan bahwa surat Al-Fatihah daopat menyembuhkan penyakit fisik hanya berada pada tingkat boleh-boleh saja. Sebenarnya ayat ini berbicara dalam konteks kebenaran dan kebatilan.
Al-Qur’an  juga berfungsi sebagai obat bagi penyakit yang ada dalam hati yang berupa berbagai bentuk mentalis yang tercela, termasuk tekanan mental yang dapat menimbulkan penyakit. Dengan demikian, Al-Qur’an sebagai obat yang bersumber dari hati tersebut (QS. Yunus 10:57)

Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. Yunus 10:57).
Perlu diperhatikan, bahwa Allah SWT memberikan sifat kepada Al-Qur’an sebagai “penyembuh” (syifa’) bukan sebagai “obat” (dawa’). Maksud kata “penyembuh” adalah upaya yang di hasilkan obat dan tujuan yang diharapkan. Sedangkan maksud kata “obat” adalah upaya penyembuhan yang kadang bisa sembuh dan kadang bisa tidak. Dan Al-Qur’an diberi sifat sebagai penyembuh adalah sebagai ta’kid (penguat) terhadap hasil pengobatan melalui proses perenungan yang bersumber dari Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah penyembuh bagi penyakit jiwa. Sementara mayoritas masyarakat modern beranggapan: tidak perlu berobat kepada Al-Qur’an, karena Al-Qur’an dianggap obat yang “kurang mujarab”. Hal ini berlaku di zaman ini yang menjadikan hawa nafsu sebagai matrealistis, keinginan pemuasan jasmani dan kelezatan kehidupan duniawi sebagai ajang perlombaan. Meraja lelanya penyakit-penyakit ruhani disebabkan oleh berpalingnya manusia dari Al-Qur’an dan tidak pernah mengingat Allah.
Upaya perawatan dan penyembuhan berkaitan erat dengan dzikir untuk memperoleh ketenangan, sebagaimana Allah berfirman :
Artinya :
“Ingatlah! Hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenang.”
(QS. Al-Ra’d 13:28)
Adalah hal yang sangat pantas bagi kita dan sangatlah penting , bahwa upaya berobat dengan Al-Qur’an harus membutuhkan keyakinan sempurna, memiliki prinsip yang kuat dan bersih Salah satu hamba Allah berpendapat ; “Tak ada gunanya berobat dengan Al-Qur’an kecuali orang yang hati dan niatnya benar-benar ikhlas karena Allah. Mengkaji Al-Kitab dengan akal pendengarannya, hatinya selalu baik, ajarannya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan Al-Qur’an sebagai obrolan ilmiah baik malam maupun siang, dan selalu berpegang teguh kepadanya.
Bagaimana mengenai penyembuhan suatu penyakit? Di dalam (QS. 4:79) Allah mengatakan bahwa Allahlah yang berkuasa menyembuhkan segala penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar